Ahlan Wa Sahlan
Welcome to Abstract World
Ahlan Wa Sahlan !!!! (^_^)//
Ahlan Wa Sahlan !!!! (^_^)//
Selasa, 29 November 2011
Surat dari Bulan
Dear Bumi ..
Ya, aku memang tak cukup lama mengenalmu, mungkin baru dua atau tiga malam lalu.
Aku tak mengetahui apa pun tentang mu, kecuali tentang cerita-cerita penuh canda tawa dan aksioma-aksioma idealis tuk meraih mimpi yang sering kamu bagi padaku.
Ya, mungkin hanya sebatas itu yang ku tau darimu.
Sungguh, aku tak pernah tau apa rencana Tuhan menautkan ku padamu, dalam keseimbangan gravitasi dan sentripetal.
Disini lah aku dan kamu, berjalan dalam orbit yang telah diciptakanNya, berjalan dalam hangatnya sinar mentari.
Di orbit itu kamu lah penunjuk jalan bagiku, namun kamu tak pernah memaksaku berjalan di belakangmu, mengikutimu.
Kadang aku mendahuluimu, kadang aku disisimu, kadang aku begitu lelah dan hanya mengikuti kemana kamu akan melangkah.
Masih kuat ingatanku, di sepanjang jalan itu kamu bercerita, tertawa dan menari dengan begitu ceria, mataku terbinar dan bibirku tersenyum melihat tingkah lucumu.
Ketika aku lelah dan cahayaku mulai redup, ingatan tentangmu selalu mampu menjadi purnama biru di meridian pandangku hingga aku benderang kembali.
Kini aku merasakan sesuatu yang sulit ku jabarkan. Mungkin aku menyukaimu, senyummu, tuturmu, simpatimu, semua tentangmu.
Mungkin kamu tak menyadarinya, aku selalu memperhatikanmu, aku butuh tuk dekat denganmu.
Kamu telah berdomisili di meridian pandanganku, wajahku telah terkunci tidal oleh kerlingmu, aku mencoba selalu dekat denganmu, mengorbitmu.
Entahlah, mungkin kamu tak akan suka jika mengetahui ini semua, aku pun tak ingin kamu tau apa yang ku rasa.
Aku terlanjur nyaman dengan label sahabat yang kamu berikan padaku, aku yakin kamu pun begitu.
Aku hanya ingin sedikit membalas arti yang kamu beri padaku, tak lebih.
Namun di hari ini, aku merasa ada yang berbeda darimu dan kita.
Aku tak mengenalmu se-friendly hari kemarin, aku tak mendapati kita sehangat kemarin.
Mungkin aku salah, mungkin kamu telah berhasil membaca perasaan janggal yang ku miliki.
Dan ku rasa gaya gravitasimu sengaja kamu kalahkan dengan gaya sentripetalku, hingga ada jarak konstan bahkan makin besar diantara kita.
Segenggam Gelisah dalam Selaksa Harapan
The moment that I remember...
aku terlonjak melihat buku dengan cover hijau lembut ini
pikiranku menerawang jauh mencari serpihan-serpihan memori itu.
dan seolah tak sadar, saat itu kembali tersketsa nyata di depan mataku.
perlahan aku menyibak bayangan tiga dimensi ini
Sore itu seperti biasa aku duduk di ruang tamu seraya sibuk
bercengkrama dengan barang-barang bawaanku dari Banjarmasin. Rasa
bahagia menyelimutiku, bagaimana tidak, minggu ini kami berkumpul
kembali, maklum aku dan adeku tinggal di Banjarmasin, mamaku tinggal di
Martapura, dan ayahku tinggal di Tanjung. Ah~bahagia aku membayangkan
akan terjadi diskusi ketauhidan dari ayahku yang kuyakini akan menyiram
imanku. Tiba-tiba ayahku berjalan ke arahku seraya menyerahkan sebuah
buku. Buku sederhana dengan cover hijau. Beliau menyuruhku membacanya.
Yah... ayahku bisa dikategorikan sebagai kolektor buku dan kitab-kitab,
entah itu kitab gundul, arab melayu, kitab kuning, hadits-hadits, hingga
Tafsir Al-Misbah. Beliau memang hobi membeli buku tanpa tau kapan bisa
membacanya #hihihi. Yang kadang ujung-ujungnya anaknya lah yang
memanfaatkannya.
Dan kali ini buku itu membuat emosiku bergemuruh. Apa ini? Apa maksudnya? judul buku ini membuatku sedikit bergidik "Nikmatnya Berumah Tangga" karya Saifuddin Aman Al-Damawi.
Aku kaluuttt... seperti anak manja kupasang tampang cengengesanku.
Beliau hanya menyuruhku membacanya. Katanya ini bagus untukku.
Ya Allah... seperti ada beban berat yang jatuh ke punggungku. Berat namun tak berasa. Otakku mulai merespon berbagai kemungkinan tentang buku ini. Kenapa ayah menyuruhku membacanya? apa aku sudah cukup umur? apa aku sebentar lagi disuruh itu? apa aku sudah di beri lampu kuning? atau jangan-jangan sudah lampu hijau? kenapa harus dengan buku berjudul ini... kenapa bukan kitab-kitab terjemahan tauhid atau tasawuf? Ohh~ sontak berbagai paradigma berkecamuk di otakku. Mulai dari temanku yang menyuruhku pacaran #teman yang sudah terkontaminasi, hingga mereka yang berusaha mencarikannya untukku yang selalu kubalas dengan ketidakinginan karena bagiku pacaran itu merusak mental, iman, dan agama. Dan alhamdulillah, saat aku goyah aku masih dihindarkan dari itu semua.Berbagai pertanyaan muncul, Apa aku sudah patut mencari pendamping hidup? apa aku sudah siap? Aku bahkan merasa masih seperti anak ingusan, aku bahkan tidak bisa dandan dan tidak memperdulikan penampilan, aku bahkan belum menguasai resep-resep makanan yang enak-enak, aku bahkan belum lulus kuliah, aku bahkan belum bekerja, aku bahkan masih terbilang suka bermanja-manja dengan orang tua, aku bahkan belum mandiri sepenuhnya, aku bahkan belum mengabdi kepada agama sepenuhnya, Ya! aku masih belajar menjadi seorang muslimah berkarakter, aku masih punya cita2 yang belum terwujud, aku masih belum membahagiakan orang tua sepenuhnya, dan berbagai alasan lainnya.
Ya Allah... seperti ada beban berat yang jatuh ke punggungku. Berat namun tak berasa. Otakku mulai merespon berbagai kemungkinan tentang buku ini. Kenapa ayah menyuruhku membacanya? apa aku sudah cukup umur? apa aku sebentar lagi disuruh itu? apa aku sudah di beri lampu kuning? atau jangan-jangan sudah lampu hijau? kenapa harus dengan buku berjudul ini... kenapa bukan kitab-kitab terjemahan tauhid atau tasawuf? Ohh~ sontak berbagai paradigma berkecamuk di otakku. Mulai dari temanku yang menyuruhku pacaran #teman yang sudah terkontaminasi, hingga mereka yang berusaha mencarikannya untukku yang selalu kubalas dengan ketidakinginan karena bagiku pacaran itu merusak mental, iman, dan agama. Dan alhamdulillah, saat aku goyah aku masih dihindarkan dari itu semua.Berbagai pertanyaan muncul, Apa aku sudah patut mencari pendamping hidup? apa aku sudah siap? Aku bahkan merasa masih seperti anak ingusan, aku bahkan tidak bisa dandan dan tidak memperdulikan penampilan, aku bahkan belum menguasai resep-resep makanan yang enak-enak, aku bahkan belum lulus kuliah, aku bahkan belum bekerja, aku bahkan masih terbilang suka bermanja-manja dengan orang tua, aku bahkan belum mandiri sepenuhnya, aku bahkan belum mengabdi kepada agama sepenuhnya, Ya! aku masih belajar menjadi seorang muslimah berkarakter, aku masih punya cita2 yang belum terwujud, aku masih belum membahagiakan orang tua sepenuhnya, dan berbagai alasan lainnya.
Minggu, 27 November 2011
Planet & Bintang
Tampak planet venus di bawah bulan. Credit : Eko Hadi G
Ketika senja mulai beranjak, saat itulah satu persatu bintang mulai
menampakkan diri, berkedip kepada setiap insan yang menatapnya. Namun
taukah kamu, bahwa ada beberapa objek langit malam yang tidak turut
serta berkedip selayaknya bintang yang lain. Siapakah mereka? Ya, Mereka
adalah planet-planet dalam tata surya kita. Saat sebuah planet
terlihat diantara bintang-bintang dilangit malam seperti ketika Saturnus
terlihat di antara bintang-bintang pada konstelasi Virgo, Planet dan
bintang mempunyai penampakan dilangit yang cukup berbeda. Mengapa bisa
demikian? Mengapa bintang tampak berkedip sedangkan planet tidak? Ada
dua alasan utama yang dapat menjelaskan hal tersebut. Yakni karena
adanya faktor jarak dan juga keadaan atmosfer bumi.
Pada dasarnya bintang-bintang itu berukuran jauh lebih besar dari
pada planet di tata surya kita. Namun jika dilihat dari bumi, bintang
akan tampak lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh jarak bintang terhadap
bumi yang terlampau jauh sehingga diameter sudutnya sangat kecil. Oleh
karena itu, bintang sering disebut sebagai Sumber Titik Cahaya.
Sedangkan planet, jaraknya lebih dekat dengan bumi, sehingga diameter
sudutnya lebih besar dari pada bintang. Oleh karena itu, ia sering
disebut sebagai keping cahaya (kumpulan dari titik).
Kamis, 24 November 2011
Sekilas Tentang Perbankan
INSTITUSI PERBANKAN DI INDONESIA
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya
berasaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia
adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan
untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat
banyak.
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di
Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan
BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat
menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional
yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank
system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip
kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan
kegiatan usaha bank
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan
nasional dan sebagai kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan
yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia pada tanggal 9
Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh
arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan.
Peluncuran API tersebut tidak terlepas pula dari upaya Pemerintah dan
Bank Indonesia untuk membangun kembali perekonomian Indonesia melalui
penerbitan buku putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2003,
dimana API menjadi salah satu program utama dalam buku putih tersebut. |
Langganan:
Postingan (Atom)