Ahlan Wa Sahlan

Welcome to Abstract World
Ahlan Wa Sahlan !!!! (^_^)//

Jumat, 14 Oktober 2011

Jumat Kelabu


Pagi-pagi aku sudah digegerkan berita meninggalnya kaka sepupuku.
Aku tercengang ! baru beberapa hari yang lalu aku bermimpi beliau meninggal. Persepsiku saat itu kaka sepupuku akan panjang umur. Semua bilang seperti itu keika kuceritakan mimpi itu.
Tapi... kenyataanya malah seperti ini, mengapakah mimpiku itu menjadi kenyataan?

Pagi-pagi aku sudah ke rumah duka. Aku tak kuliah. Aku langsung membaca Yasin dan ikut mengikat pandan. Sambil komat-kamit membaca bacaan, aku tak kuasa membendung air mata mendengar mama kakak sepupuku (read:julak) menangis sambil menceritakan ucapan kakak sepupuku yang ganjil.
"ulun handak tulak jauh ma... handak betamu Allah, pian kada usah lagi memberi makan ulun... ulun sudah kenyang... ulun diberi makani Allah... inya beucap kaya itu lawan aku " lirih julakku.Orang-orang juga tak kuasa membendung air mata mendengarnya.


Sambil terus menyeka air mata, memory beberapa bulan silam berkelebat di pikiranku. Kakak sepupuku ini perempuan. Beliau baru berusia 37 tahun, sudah 6 bulan ini beliau sakit-sakitan. Divonis liver oleh dokter. Ya! penyakit beliau semakin parah saja ketika masalah bertubi-tubi menyapanya. Selama 6 bulan ini juga beliau rutin berobat. Mulai dari alternatif hingga medis. Kecantikan beliau seolah direnggut perlahan-lahan, tubuh menjadi kuning hingga tersisa tulang berbalut kulit, Beliau tak pernah mengeluh sedikitpun tentang penyakit ini. Yang ada hanya senyum keikhlasan. Setelah menjalani operasi, aku baru tau ternyata penyakit beliau bukan hanya itu, sudah komplikasi sampai pankreas. Selain itu juga, beliau sudah memakai selang untuk melakukan ekskresi. Dan hari ini, tepat hari Jumat pukul 05.30 subuh beliau berpulang ke rahmatullah, meninggalkan seorang suami dan 3 anak yang masih kecil-kecil.
Untuk kali pertama aku ikut membantu mengurusi jenazah, mulai dari membantu dalam hal menjahit kain kafan hingga menyiapkan untuk pemandian mayit. Hatiku bergetar. Benar apa yang kubaca dibuku. Nasehat paling ampuh adalah tentang kematian, ia dapat meluluhkan hati yang membatu. Sejenak aku berfikir ketika aku memegang kain kafan. Inilah kain terakhirku nanti...
"ulun handak tulak ma... ulun sudah diulahakan rumah di sana.... jarnya " julakku kembali berucap lirih sambil menyeka air mata yang menyeruak dari mata sembabnya. Jiran-jiran hanya dapat memeluk dan ikut menangis. Sejenak aku membayangkan, alangkah beruntungnya kakakku ini... meninggal hari Jumat, husnul khatimah...
mulai sekarang... itulah cita-citaku.
Aku kembali menangis manakala melihat suami beliau mencium kening beliau sambil berucap lirih dan menangis. Padahal tadinya beliau tidak terlihat menangis. Kemudian tak jauh aku melihat Kevin, anak kedua beliau menghadap jendela sambil menangis sendirian. Ingin rasanya aku memeluk bocah kelas 4 SD itu. Sedangkan anak terakhir beliau yang masih kelas 1 SD, Nouval tidak menangis karena ia tidak mengerti apapun. Anak pertama beliau masih di sekolah SMP nya melakukan UTS. Oh... di usia sedini itu mereka sudah kehilangan seorang Ibu.
Saat memandikan mayat pun atmosfernya masih terlalu memilukan. Mataku sudah sembab dibuatnya. Hingga saat mengkafani mayat, lebih menguras air mata.
Aku yakin... beliau termasuk hamba yang beruntung, yang meninggal dengan husnul khatimah... Seperti halnya keluargaku yang lain, kakek yang seorang alim, nenek yang diridhoi suami... nenek juga yang merupakan keturunan ketujuh Datu Taniran, itu berarti keturunan Datu Kelampaian... Semoga saja... aku dapat berkah doa datu-datuku yang katanya mendapatkan malam lailatul qadar 3 kali. semoga saja keturunan kami dan semua muslimin nantinya akan selalu dekat dengan Allah SWT

Hari ini... aku kembali diingatkan... apalah artinya dunia ?
Apalah artinya hidup jika bukan untuk mencari Ridha-Nya... cita-citaku sederhana... aku juga ingin meninggal dengan husnul khatimah.
Semoga saja... kami sekeluarga dapat berkumpul.
hari ini juga... aku dapat kabar, Abah Anang Djazuli meninggal dunia... Salah seorang tokoh ulama Martapura. Semoga beliau dan keluargaku diterima disisi-Nya.

Ah~ hidup itu begitu singkat... hidup menunggu giliran...
sejenak, ambisi-ambisiku seolah memiliki 'ruh'
minat-minatku selama ini... tak akan kusia-siakan hanya untuk niat 'duniawi'
aku ingin menatap ke depan... aku ingin berpikir panjang...
berpikir panjang hingga menembus kehidupan akhirat.  
Menyongsong 'Life after death'

2 komentar: