Apakah Kebahagiaan Itu?
"Jadilah engkau ibarat seorang yang terasing atau seorang yang numpang lewat saja." (Al-Hadits)
"...Maka beruntunglah orang-orang yang terasing." (Al-Hadits)
Kebahagiaan itu bukanlah istana Abdul Malik ibn Marwan, bukan pula pasukan Harun ar-Rasyid, bukan rumah mewah Al-Jashshash, bukan harta simpanan Qarun, bukan yang ada dalam buku Asy Syifâ' karya ibn Sina, bukan pula dalam koleksi syair (diwan) Al-Mutanabbi, dan bukan di taman-taman Cordoba, atau kebun-kebun bunga lainnya.
Kebahagiaan itu, menurut para sahabat, adalah sesuatu yang tidak banyak menyibukkan, kehidupan yang sangat sederhana, dan penghasilan yang pas-pasan.
Kebahagiaan itu menurut Ibnul Musayyib adalah pemahamannya terhadap Rabb-nya, menurut Al-Bukhari shahîh-nya, menurut Al-Hasan Al-Bashriy kejujurannya, menurut Asy-Syafi'iy hukum-hukum yang disimpulkannya, menurut Malik kehati-hatiannya, menurut Ahmad ibn Hanbal sikap wara'-nya, dan menurut Tsabit Al-Bunani ibadahnya.
"Yang demikian itu ialah mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskan bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih." {QS. At-Taubah : 120}
.....
"...Maka beruntunglah orang-orang yang terasing." (Al-Hadits)
Kebahagiaan itu bukanlah istana Abdul Malik ibn Marwan, bukan pula pasukan Harun ar-Rasyid, bukan rumah mewah Al-Jashshash, bukan harta simpanan Qarun, bukan yang ada dalam buku Asy Syifâ' karya ibn Sina, bukan pula dalam koleksi syair (diwan) Al-Mutanabbi, dan bukan di taman-taman Cordoba, atau kebun-kebun bunga lainnya.
Kebahagiaan itu, menurut para sahabat, adalah sesuatu yang tidak banyak menyibukkan, kehidupan yang sangat sederhana, dan penghasilan yang pas-pasan.
Kebahagiaan itu menurut Ibnul Musayyib adalah pemahamannya terhadap Rabb-nya, menurut Al-Bukhari shahîh-nya, menurut Al-Hasan Al-Bashriy kejujurannya, menurut Asy-Syafi'iy hukum-hukum yang disimpulkannya, menurut Malik kehati-hatiannya, menurut Ahmad ibn Hanbal sikap wara'-nya, dan menurut Tsabit Al-Bunani ibadahnya.
"Yang demikian itu ialah mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskan bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih." {QS. At-Taubah : 120}
.....